“Melalui sistem perkapalan, wisata bahari, energi gelombang laut, sektor teknologi kemaritiman dan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) kemaritiman”, kata Ketua DPD RI AA Lanyalla Mahmud Mattalitti lewat keterangannya diterima di Jakarta, Rabu (15/1/2020).
Lanyalla mengatakan, Indonesia dan Uni Eropa mempunyai banyak peluang untuk bekerjasama karena saat ini kedua belah pihak tengah menggodok Indonesia-European Union Comprehensive Partnership Agreement (CPA).
“Sekarang sudah ada kehadiran para pelaku dunia usaha Uni Eropa di berbagai daerah di Indonesia, khususnya terkait pengembangan infrastruktur, sektor pertanian, peternakan, industri rumah tangga, dan lain-lain” ujarnya.
Baca Juga:
Kebijakan European Union Deforestation Regulation, Airlangga: Bebani Smallholders Kelapa Sawit
Soal Pemblokiran Dana Bantuan Ponpes Rp500 Milyar oleh Kemenkeu, DPD Minta Penjelasan
La Nyalla Mahmud Mattalitti Komentari Penemuan Mobil Bisa Terbang, Begini Katanya
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Piket menyatakan parlemen Uni Eropa memberikan perhatian yang penting dan baik terhadap DPD RI di dalam pengambilan keputusan dan kebijakan.
Dalam kesempatan tersebut, Vincent menuturkan kerja sama ekonomi ini untuk mendukung pertumbuhan dan meningkatkan investasi.
Menurut dia, dalam kerja sama di bidang kemaritiman, banyak negara maritim di Eropa yang potensi dan kemampuannya luar biasa seperti daerah pantai dan daerah penampungan dan anak-anak sungai.
“Seperti negara saya Belanda juga menghadapi masalah banjir besar juga di tahun 1953, setelah itu ketika menerapkan perpindahan infrastruktur untuk memastikan banjir tidak akan terjadi lagi, dan itu tidak terjadi lagi di Belanda” tegasnya.
Baca Juga:
Kasus Positif Covid-19 Tertinggi di ASEAN, Ini Rekomendasi Ketua DPD RI LaNyalla
Pemerintah Masih Lakukan Moratorium Pemekaran Daerah, Ini Alasannya
Pada bidang ekonomi, Vincent menganggap negara Uni Eropa masih membutuhkan produk-produk dari Indonesia, terutama produk kelapa sawit.
“Masalah yang terjadi adalah tentang energi dan kemampuan negara-negara Uni Eropa untuk menggunakan biofuel yang diambil dari kelapa sawit,” terangnya. (spg)