“Kuncinya apa? kuncinya adalah GCG perusahaan-perusahaan BUMN harus terpenuhi,” ujar Arya Sinulingga di Jakarta, pada Senin malam saat membacakan keterangan dari Menteri BUMN yang melakukan kunjungan ke Uni Emirat Arab.
Dia juga menyampaikan bahwa ketika GCG BUMN-BUMN itu bagus, maka tidaklah sulit mencari mitra investasi.
Menteri BUMN Erick Thohir akan terus berupaya mencari dan menambah lagi investasi dari negara-negara lain untuk bekerja sama dengan BUMN-BUMN.
Baca Juga:
CSA Award 2023: Kesuksesan Emiten Terbaik, Penghargaan Menjadi Bukti Kontribusi Besar
Jaringan Induk KUD Ungkap Alasan Dukung Prabowo, Salah Satunya karena Berpihak ke Ekonomi Pancasila
Erick Thohir Pastikan Tak Ada Wamen BUMN Baru Usai Wakil Menteri BUMN Rosan Perkasa Roeslani Mundur
Sebelumnya Kesepakatan yang dihasilkan antara Indonesia dengan Persatuan Emirat Arab (UEA) dengan 16 kerja sama terbagi lima kerja sama antara pemerintah dan 11 kerja sama antara pelaku usaha disebut sebagai deal terbesar dalam sejarah Indonesia.
Adapun perjanjian kerja sama tersebut terdiri atas lima perjanjian antar pemerintah di bidang keagamaan, pendidikan, pertanian, kesehatan, dan penanggulangan terorisme.
Selain itu, terdapat pula 11 perjanjian bisnis antara lain di bidang energi, migas, petrokimia, pelabuhan, telekomunikasi, dan riset dengan estimasi total nilai investasi sebesar 22,89 miliar dolar AS atau sekitar Rp314,9 triliun.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan secara teknis investasi itu banyak terkait BUMN mengenai chemical dan sebagainya.
Baca Juga:
Naik Sebesar 12,9 Persen, Laba bersih Perusahaan BUMN pada Semester-I 2023 Mencapai Rp183,9 Triliun
Untuk itu ia bersama Menteri BUMN Erick Tohir dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sekaligus Menteri Luar Negeri LP Marsudi serta pihak lain terus bekerja secara koordinatif dalam merealisasikan kerja sama secara konkret antara dua negara. (aji)