“Defisit neraca dagang kita mengecil dibandingkan tahun lalu, sekarang kan impor-impor kita berkurang gara-gara B20 dan B30,” ujar Luhut ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (15/1/2020).
Ia mengatakan defisit neraca perdagangan Indonesia berpotensi terus menurun seiring dengan implementasi penerapan biodiesel yang terus ditingkatkan.
Penerapan biodiesel, menurut dia, juga memberikan efek positif yakni mengurangi ketergantungan Indonesia dengan impor BBM termasuk solar yang tinggi.
Baca Juga:
Mengupas Keterkaitan IHSG dan Tahun Politik: Analisis Ketua AAEI, David Sutyanto
Investor dan Analis Bersatu di Economic & Capital Market Outlook 2024
Investasi di Sektor Pembangunan Tak Boleh Ditunda agar Indonesia Jadi Negara Maju
“Penurunan defisit gara-gara B20, B30, B40, B50 dan seterusnya,” ucapnya.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat neraca perdagangan Indonesia pada 2019 mengalami defisit yang turun tajam, yakni sebesar 3,2 miliar dolar AS dengan total ekspor pada periode Januari-Desember 2019 sebesar 167,53 miliar dolar AS dan impor 170,72 miliar dolar AS.
Dalam kesempatan itu, Luhut juga mengatakan, nilai tukar rupiah juga relatif terjaga fluktuasinya di level Rp13.600 per dolar AS.
“Market tidak bisa dibohongi, dilihat defisit kita membaik. Artinya, menunjukkan bahwa langkah-langkah pemerintah sudah bertambah baik,” katanya.
Baca Juga:
Kasus Penggelapan Dana Nasabah Indosurya, Capai Rp196 Miliar, Begini Penjelasannya
Finalisasi Pabrik Battery Cell, Menteri Bahlil Ungkap Indonesia Naik Kelas Jadi Pemasok Utama
Begini Kisah Fara Luwia yang Sukses Raih Dana Investasi dari AS Hampir Rp190 Miliar
Ia optimistis setelah “Omnibus Law” Cipta Lapangan Kerja dan “Omnibus Law” Perpajakan selesai, ditambah pembentukan “sovereign wealth fund”, mata uang berlambang Garuda akan lebih kuat.
Kendati demikian, ia mengatakan, apresiasi rupiah terhadap dolar AS diharapkan tidak terlalu cepat sehingga tidak menggangu kinerja ekspor nasional.
“Kita juga mesti lihat ekspor, jangan sampai terlalu cepat menguatnya, akan menjadi masalah nanti. Namun, pemerintah memberikan kepada ‘market mechanism’ pergerakan rupiah,” ucapnya. (zub)