“Kalau dari kami jawabannya menunggu regulasi pemerintah karena peran Pertamina untuk penyaluran elpiji bersubsidi adalah operator, artinya tunduk pada regulasi pemerintah,” kata Senior Supervisor Communication PT Pertamina MOR IV Jawa Tengah Arya Yusa Dwicandra di Solo, Senin (20/1/2020).
Ia mengatakan sejauh ini juga belum ada informasi terkait kenaikan harga elpiji subsidi yang diterima oleh Pertamina.
Meski demikian, jika benar subsidi ditarik maka harga elpiji perkilogramnya mengikuti harga pasar, seperti halnya BBM nonsubsidi.
“Perhitungannya bisa dilihat dari harga elpiji nonsubsidi bright gas, yaitu harga keekonomian,” katanya.
Baca Juga:
UMKM Binaan Pertamina Jadikan International Handicraft Trade Fair Ajang Pameran
Pertamina Catat Peningkatan Konsumsi BBM, LPG, dan Avtur Pada Natal 2021
Gunung Semeru Erupsi, Pertamina Pastikan Ketahanan Stok dan Kelancaran Distribusi BBM dan LPG
Menurut dia, jika harga bright gas 5,5 kg di harga Rp60-70ribu, artinya perkilogram gas seharga Rp11-12 ribu.
Sementara itu, berdasarkan data pada tahun lalu penyaluran elpiji 3 kg subsidi oleh PT Pertamina (Persero) khusus di Jawa Tengah rata-rata 3.132 Metric Ton (MT) atau 1.044.000 tabung/hari.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI Arifin Tasrif memastikan rencana pemerintah untuk menata ulang kebijakan penyaluran subsidi elpiji masih dibahas.
Ia mengatakan untuk perubahan juga akan dilakukan dengan memperhitungkan kondisi masyarakat kecil dan dunia usaha.
Baca Juga:
Patra Niaga Pantau Kondisi Stok Pasca Insiden Terbakarnya Tangki Kilang Pertamina Cilacap
Sambut Ajang Balap di Sirkuit Pertamina Mandalika, UMKM Lokal siap Go Global
Menurut dia, dengan mempertimbangkan banyak hal diharapkan tidak memberikan masalah pada masyarakat kecil dan dunia usaha. (ris)