Hallo.id, Jakarta – Pandemi corona telah menekan perekonomian global, yang juga berimbas terhadap perekonomian nasional. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan mengatakan dampak corona lebih berat dibandingkan dampak krisis keuangan global di tahun 2008 silam.
Menurut Sri Mulyani, dampak virus corona yang masuk ke Indonesia akan berpengaruh terhadap kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia, kinerja ekspor Indonesia, current account deficit (CAD), kinerja fiskal, dan aliran modal.
Untuk meredam gejolak ekonomi dunia atas dampak corona, pemerintah mengeluarkan kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal ini berupa penundaan pemungutan pajak selama enam bulan untuk pajak penghasilan (PPh) pasal 21, 22, dan 25. Lalu stimulus lainnya yakni nonfiskal seperti pembebasa bea masuk impor pada sektor industri.
Sri Mulyani berharap kebijakan fiskal dan stimulus tersebut bisa meredam gejolak ekonomi global dan dampaknya ke Indonesia. Ia pun menginstruksikan kepada para pejabat di Kementerian Keuangan untuk mengemban amanah dan bersama-sama memikirkan solusi dari permasalahan global yang di hadapi.
Baca Juga:
Mantan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Sri Adiningsih Tutup Usia di Yogyakarta
UMKM Berperan Penting Tingkatkan Ekonomi, Ciptakan Lapangan Kerja, dan Peluang untuk Majukan ASEAN
Soal Transaksi Mencurigakan Sebesar Rp349 Triliun di Kemenkeu, Ini Penjelasan Sri Mulyani
“Masalah ini bukan masalah Menteri Keuangan saja atau Wakil Menteri, tetapi seluruh pejabat di Kemenkeu harus ikut secara aktif memikirkan, terlibat dan ikut berpartisipasi untuk terus menyiapkan instrumen keuangan negara dan menjaga kesehatan keuangan negara. Meskipun di dalam tekanan yang tidak mudah tapi kita harus tetap fokus untuk terus memperbaiki kondisi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Sri Mulyani di Jakarta, Jumat (13/3/2020).
Sri Mulyani pun berpesan kepada Direktur Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran untuk berpikir keras mengenai APBN 2020 dan mendesain APBN 2021. (ekb)