BISNISPOST.COM – Meluasnya tantangan pangan secara global harus menjadi perhatian bagi para pelaku usaha pangan.
Sebagai akibat dari naiknya permintaan terhadap kebutuhan pangan dan perubahan iklim serta konflik geopolitik.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyampaikan ikhwal tersebut saat membuka ‘6th Meeting of ASEAN Sugar Alliance (ASA)’ di Jakarta pada Selasa (25/6/2024).
Baca Juga:
Keuntungan Bergabung dengan Prop Firm Dibandingkan Trading Sendiri
Pengumuman Pengurus Kadin Disebut Langgar Kesepakatan antara Arsjad Rasjid dengan Anindya Bakrie
Dalam pertemuan tahunan ASA ini, Arief turut mendorong pelaku usaha gula se-Asia Tenggara untuk semakin memperkuat implementasi prinsip Environment, Social, and Governance (ESG).
“Kondisi dunia sekarang ini penuh tantangan. Untuk itu, adanya forum ASEAN Sugar Alliance pada hari ini dapat menjadi wadah dalam berbagi pengetahuan.”
“Bertukar pandangan, dan berkolaborasi mengenai isu dan kondisi terkini,” papar Arief, dikutip Mediaagri.com
“Saya berharap semua delegasi negara mempunyai pandangan yang sama bahwa saat ini adalah kesempatan berharga.”
“Untuk bertukar pengetahuan guna mengembangkan kebijakan, inovasi, dan teknologi.”
Baca Juga:
Dukung Hilirisasi Tambang dan Ketahanan Energi, Minergi Media Luncurkan Portal Tambangpost.com
Optimisme Pelaku Pasar Dorong CSA Index Oktober Menguat ke 76,09: IHSG Berpotensi Sentuh 8243
Dorong Implementasi Prinsip Environment, Social, and Governance
“Kami juga mendorong pelaku usaha budidaya tebu dan produksi gula untuk konsisten menerapkan prinsip ESG.”
“Ini penting dilakukan sesegera mungkin agar industri gula semakin mendukung percepatan perwujudan keberlanjutan bagi generasi yang akan datang,” lanjutnya.
Perlunya pelbagai langkah antisipasi untuk menyikapi ketidakpastian ekonomi global, konflik geopolitik, dan dampaknya terhadap ekonomi nasional maupun regional pernah diingatkan Presiden Joko Widodo di Februari 2024.
Untuk itu, Arief meminta adanya forum ‘6th Meeting of ASA’ harus dapat menjadi ajang tukar gagasan dan membuahkan rancangan strategi untuk eskalasi industri pergulaan skala regional Asia Tenggara.
Baca Juga:
KPK Curigai PT Indotan Terkait adanya Aktivitas Tambang Ilegal di dalam Kawasan IUP Milik PT Indotan
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati Jelaskan Soal Tren Deflasi yang Terjadi Selama 5 Bun Beruntun
“Forum hari ini perlu membahas perkembangan pasar dan produksi gula dan non gula juga.”
“Lalu seperti apa perkembangan kebijakan terkait etanol atau produk turunan lainnya untuk optimasi utilisasi tebu pada bidang lain serta bagaimana tentang kebijakan WTO yang terkini.”
“Tentang penelitian juga perlu didiskusikan karena ini merupakan kesempatan bagi kita semua untuk bertukar informasi dan menyusun strategi penguatan industri gula,” ujar Kepala Bapanas
Arief Prasetyo Adi.
Produksi Gula Dalam Negeri Tidak Mencukupi Konsumsi Nasional
Terkait kondisi gula konsumsi di Indonesia sendiri, sebagaimana proyeksi neraca pangan Bapanas, perkiraan produksi gula di Indonesia masih berkisar 2,384 juta ton.
Sementara, estimasi kebutuhan setahun konsumsi gula di Indonesia berkisar di 2,933 juta ton, sehingga masih ada gap minus sekitar 549 ribu ton.
“Dalam peningkatan daya saing industri gula, Asosiasi Gula Indonesia (AGI) dan ASEAN Sugar Alliance (ASA) perlu terlibat aktif dalam memberikan rekomendasi dan saran kepada pemerintah.”
“Tentu ada banyak tantangan yang memerlukan penyelesaian, misalnya peningkatan produksi, memperkuat penelitian untuk varietas tebu unggul, produktivitas tebu dan tingkat pemulihan gula,” sebut Arief.
“Dengan semangat yang sama, saya yakin AGI dan ASA dapat secara efektif mengatasi tantangan tersebut dan mempelopori industri gula menuju masa depan yang lebih cerah dan sejahtera.”
“Saya ucapkan selamat kepada AGI dan seluruh mitra terkait yang telah menjadi tuan rumah dan penyelenggara agenda ASA 2024 ini.”
“Saya sangat yakin pertemuan ini akan bermanfaat dan memberikan hasil yang bermanfaat bagi perkembangan industri gula di ASEAN,” pungkasnya.
Industri Gula Hadapi Persoalan, Termasuk Biiaya Prooduksi Tinggi
Selanjutnya Chairman Thai Sugar Millers Pramode Vidtayasuk mengatakan sejak tahun lalu telah terbentuk kemitraan ASA Plus One, yang mengikutsertakan Australia.
“Aliansi kami telah menjadi forum ASA Plus One dengan partisipasi dari Australia, sejak pertemuan terakhir di tahun lalu.”
“ASA ini adalah organisasi persahabatan dan ini bernilai berbentuk pertukaran informasi dan promosi bisnis, serta kerja sama teknis sesama industri gula,” cakapnya.
“Industri gula itu menghadapi banyak konflik, seperti biaya produksi yang tinggi yang berkaitan dengan harga dan kualitas gula.”
“Sehingga pada pertemuan ini, kita akan mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan bertukar informasi serta penyampaian pendapat.”
“Tentang berbagai topik menarik yang bermanfaat bagi pengembangan keberlanjutan industri gula,” tandasnya.
Dalam konferensi ini turut hadir pula Ketua Umum AGI Frans Marganda Tambunan, Ketua Umum Ikatan Ahli Gula Indonesia (IKAGI) Aris Toharisman dan perwakilan dari BUMN pangan ID FOOD dan PTPN III.
Selain itu, hadir juga delegasi pengusaha gula yang berasal dari negara sahabat antara lain Thailand, Vietnam, Myanmar, Malaysia, Laos, Filipina, dan Australia.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Bisnisidn.com dan Mediaemiten.com
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Apakabarnews.com dan Cantik24jam.com
Sedangkan untuk publikasi press release di media ini atau serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)
WhatsApp Center: 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Pastikan download aplikasi portal berita Hallo.id di Playstore (android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik.