Tarif Resiprokal yang Diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump, untuk Wujudkan Fair Trade?

Avatar photo

- Pewarta

Senin, 7 April 2025 - 18:36 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengusaha Elon Musk dan Presiden AS Donald Trump. (Insiagram.com @theopinionpk)

Pengusaha Elon Musk dan Presiden AS Donald Trump. (Insiagram.com @theopinionpk)

Oleh: Anthony BudiawanManaging Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)

JAKARTA – Trump resmi memberlakukan kebijakan tarif impor resiprokal awal minggu lalu (02/04/25). Kebijakan ini terbukti mengguncang dunia. Bursa saham dunia jatuh.

Hari ini, 07/04/25, bursa saham Asia masih jatuh. Bursa saham Jepang sempat jatuh 8 persen, bursa saham Hong Kong terjun bebas 10 persen.

Semua ini akibat diberlakukannya tarif resiprokal Trump, yang diyakini akan membuat perdagangan dunia kontraksi, dan ekonomi masuk resesi.

Tentu saja, semua negara di dunia marah kepada Trump. Banyak yang berpendapat Trump seorang “idiot”, “psikopat“, ego, dan sejenisnya.

Mereka tidak habis mengerti bagaimana Trump bisa memberlakukan kebijakan “perang dagang” yang pasti akan mengguncang dunia, dan merugikan semua pihak.

Tetapi, semua orang salah tentang Trump. Trump bukan orang bodoh. Trump tahu persis konsekuensi dari kebijakan tarif resiprokalnya.

Trump dikelilingi oleh orang pandai, yang mempunyai satu visi dengannya.

Trump bilang, guncangan bursa saham saat ini merupakan dampak sesaat dari sebuah revolusi ekonomi, dan Amerika akan menang.

Trump juga sadar, hal ini tidak akan berjalan mudah. Berdarah-darah. Hang tough. Tetapi dia menjanjikan hasil akhir yang bahagia bagi rakyat Amerika.

“Trump described the market volatility as “an economic revolution”, which the US “will win”.

“Hang tough, it won’t be easy, but the end result will be historic,” he added in a post on Truth Social.

Kebijakan tarif resiprokal Trump diambil berdasarkan rencana, alias by design.

Bukan kebijakan sekonyong-konyong atau asal-asalan untuk mencari popularitas. Ini yang harus dipahami oleh pihak lainnya.

Kebijakan tarif resiprokal Trump berdasarkan ideologi yang kuat. Trump akan melakukan apapun untuk merealisasikan kebijakannya.

Keyakinan dan ideologi yang kuat ini membuat negara lain sulit bernegosiasi dengannya. Take it or leave it.

Atau turunkan tarif impor untuk produk Amerika, seperti Vietnam yang akan memberlakukan zero tariff untuk Amerika.

Trump mempunyai keyakinan kuat, perdagangan dunia selama ini tidak adil bagi Amerika, sehingga membuat neraca perdagangan Amerika mengalami defisit terus-menerus.

Trump mengungkapkan keyakinannya tersebut sejak lama, ketika wawancara dengan Oprah Winfrey tahun 1988.

Hal ini berarti, observasi dan pemikiran Trump mengenai kondisi ekonomi Amerika Serikat, khususnya terkait defisit neraca perdagangan yang tidak sustained, sudah ada (jauh) sebelum 1988.

Trump muda sudah mengatakan defisit Amerika tidak akan bisa dipertahankan:

“Kita adalah negara debitur. Sesuatu akan terjadi dengan negara ini beberapa tahun ke depan, karena Anda tidak bisa terus-menerus kehilangan dua ratus miliar dolar.”

“Dan kita membiarkan Jepang datang dan masuk serta membuang semuanya langsung ke pasar kita. Itu bukan perdagangan bebas,” kata Trump.”

“I’d make our allies, forgetting about our enemies, the enemies you can’t talk to easily, I’d make our allies pay their fair share. We are a debtor nation.”

“Something is going to happen over the next number of years with this country because you can’t keep on going on losing two hundred billion and yet we let Japan come and in and dump everything right into our markets. It’s not free trade,” Trump said.

Pada tahun 1988, Trump memberi contoh Jepang, sebagai negara yang menikmati pasar Amerika.

Tiongkok ketika itu masih negara miskin. Tiongkok juga menjadi kaya terutama menguasai pasar Amerika.

Sebaliknya, Trump mengatakan, ekspor Amerika ke Jepang sangat sulit, dipersulit.

Ini yang menjadi falsafah berpikir Trump, bahwa yang berlaku selama ini bukan free trade, tetapi unfair trade, perdagangan internasional yang tidak adil bagi Amerika.

Dan kebijakan Trump ini juga tidak terkait dengan Tiongkok, di mana kebanyakan orang menganggap Trump tidak suka dominasi ekonomi Tiongkok.

Interview Trump dengan Oprah tahun 1988, yang kembali viral, membuka mata semua orang apa yang menjadi dasar pemikiran Trump selama ini terkait perdagangan AS dengan dunia luar.

Trump ketika itu juga bilang, I’d make our allies pay their fair share. Ternyata mereka (sekutu) harus membayarnya melalui tarif resiprokal.

Kebijakan tarif resiprokal ini juga bukan masalah proteksi, seperti dikatakan banyak orang. Rezim Trump malah menantang semua negara di dunia untuk bersaing dengan sehat.

Elon Musk, salah satu orang penting di pemerintahan Trump, menantang Uni Eropa menghapus tarif impor menjadi nol, untuk dapat menciptakan persaingan usaha yang adil, fair trade.

Billionaire Elon Musk, a close ally of Trump and responsible for the Department of Government Efficiency (Doge), said the US and Europe could move towards a “zero-tariff situation”, which could create “a free-trade zone between Europe and North America”.

Jadi, kebijakan tarif resiprokal Trump ini bukan masalah proteksi, bukan masalah Tiongkok, tetapi mencari keadilan dari sistem perdagangan dunia yang tidak adil.

Kebijakan Trump telah membuka kesempatan baru, agar dapat tercipta perdagangan dunia yang adil bagi semua pihak.

Oleh karena itu, semua pemimpin negara di dunia seharusnya menyambut tantangan Trump, atau Elon Musk.

Untuk memberlakukan tarif impor universal yang berlaku bagi semua negara, atau bahkan memberlakukan “zero tarif” seperti yang diusulkan Elon Musk.

Apakah berani?***

Berita Terkait

BPKH Tampilkan Kinerja Terbaik Rp11,6 Triliun di Tengah Wacana Pembentukan Sovereign Halal Fund Nasional
BRI Hadirkan Layanan Keuangan Hingga ke Pelosok Negeri, 1,2 Juta AgenBRILink Jangkau 88% Wilayah Indonesia
BRI Berdayakan Wanita Indonesia Melalui Program BRInita, Maknai Hari Kartini
Hari Rabu Ini 23 Mei 2025, Pemegang Saham BBRI Panen Dividen Final Senilai Rp31,4 Triliun
Direktur Utama BRI Hery Gunardi Terpilih Menjadi Ketua Umum PERBANAS Periode 2024–2028
Warung Legendaris di Pasar Beringharjo Ini Laris Manis Saat Libur Lebaran, Semakin Berkembang Diberdayakan BRI
Tutup Usia di 84 Tahun, Inilah Kisah Sukses Konglomerat dan Politisi Tionghoa Murdaya Widyawimarta Po
Jangan Lewatkan Kesempatan Dapatkan Dividen Rp31,4 Triliun dari BBRI, Cum Date Jatuh pada 10 April 2025

Berita Terkait

Kamis, 24 April 2025 - 16:46 WIB

BPKH Tampilkan Kinerja Terbaik Rp11,6 Triliun di Tengah Wacana Pembentukan Sovereign Halal Fund Nasional

Kamis, 24 April 2025 - 13:55 WIB

BRI Hadirkan Layanan Keuangan Hingga ke Pelosok Negeri, 1,2 Juta AgenBRILink Jangkau 88% Wilayah Indonesia

Rabu, 23 April 2025 - 20:54 WIB

BRI Berdayakan Wanita Indonesia Melalui Program BRInita, Maknai Hari Kartini

Rabu, 23 April 2025 - 12:00 WIB

Hari Rabu Ini 23 Mei 2025, Pemegang Saham BBRI Panen Dividen Final Senilai Rp31,4 Triliun

Senin, 14 April 2025 - 18:14 WIB

Direktur Utama BRI Hery Gunardi Terpilih Menjadi Ketua Umum PERBANAS Periode 2024–2028

Berita Terbaru